MAHASISWA DAN SKILL ABAD 21

MAHASISWA DAN SKILL ABAD 21

Oleh : Gilang Ramadhan

( Presiden BEM STAI Al Ma’arif Kalirejo Lampung Tengah )

( Peserta Pendidikan Dan Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa Tingkat Nasional (Diklat PIMNAS)

PTKI II Se-Indonesia tahun 2021 )

Abstrak:

Tujuan utama dari artikel ini adalah untuk memahami konsep mahasiswa dan skill abad 21 yang merupakan sebuah tantangan bagi para generasi  muda Indonesia. Artikel ini akan mencoba mendiskusikan mengenai mahasiswa dan skill abad 21 dengan menjelaskan makna dan definisi  dari mahasiswa dan skill abad 21 menurut para ahli, hubungan antar keduanya, serta pentingnya mahasiswa dan skill abad 21.  Artikel ini akan berusaha menunjukkan pentingnya pemahaman mahasiswa dan abad 21 bagi para mahasiswa lainnya, karena mahasiswa dan skill abad 21 memiliki hubungan yang kuat dan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Jadi, pemahaman mahasiswa dan skill abad 21 dapat menjadi pondasi untuk memahami tantangan yang ada serta kebutuhan yang diperlukan dalam implementasi kehidupan.

Kata kunci: Mahasiswa, Abad 21

1. Pendahuluan

Mahasiswa merupakan para generasi muda bangsa yang sedang menjalankan study keilmuan dalam berbagai bidang. Mahasiswa sebagai asset dan investasi masa depan dalam upaya untuk memajukan bangsa dan peradaban. Dalam berkehidupan para mahasiswa diistilahkan sebagai generasa penerus bangsa yang akan menjadi akar bangsa dimasa mendatang. Pemikiran dan pandangan mahasiswa yang sesuai dengan kemajuan peradaban akan mampu menjawab tantangan yang muncul besertanya. Menemukan momentum pengembangan yang tepat, dapat ditandai dengan munculnya banyak skill (keterampilan) para mahasiswa. Mahasiswa yang pada mulanya tampil untuk memberi koreksi pada perjalanan peradaban sudah mulai melangkah untuk ikut serta  dalam prosesnya. Untuk memantabkan langkahnya para mahasiswa berupaya untuk dapat mengedukasi para mahasiswa lain untuk turut serta berjejak dalam perjalanan peradaban.

Dalam usaha menghadapi tantangan peradaban mahasiswa saling mendorong dan menganalisis berbagai pemikiran, pandangan dan langkah yang tepat untuk kemudian menemukan skill (keterampilan) yang diperlukan dalam menghadapi tantangan peradaban. Para mahasiswa menunjukkan bahwa kaum muda merupakan bagian penting dalam sebuah peradaban. Sebuah peradaban tanpa kaum muda yang terampil maka tidak akan maju, bahkan akan terpuruk.

Melihat pentingnya peran mahasiswa dalam peradaban, tidaklah mengherankan jika kaum muda ditetapkan sebagai ujung tombak kemajuan dan pembangunan peradaban.

2. Pembahasan

  1. Pengertian Mahasiswa

Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk perguruan tinggi  yang terdiri dari akademik, politekhnik, sekolah tinggi, institusi, dan universitas (Hartaji, 2012: 5)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mahasiswa didefinnisikan sebagai orang yang belajar di perguruan tinggi (Kamus Bahasa Indonesia Online, kbbi.web.id)

Menurut Siswoyo (2007: 121) mahasiswa dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut ilmu di tingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi. Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas tinggi, kecerdasan berfikir dan kerencanaan bertindak. Berfikir kritis dan bertindak dengan cepat dan tepat merupakan sifat yang melekat pada diri setiap mahasiswa (Papilaya & Huliselan, 2016)

Menurut Yusuf (2012: 27) seorang mahasiswa dikategorikan pada tahap perkembangan yang usianya 18-25 tahun. Tahap ini dapat digolongkan pada masa remaja akhir sampai masa dewasa awal dan dilihat dari segi perkembangan, tugas perkembangan pada usia mahasiswa ini ialah pemantapan pendirian hidup.

Definisi mahasiswa dapat disimpulkan bahwa, individu berusia antara 18-25 tahun yang terdaftar dan sedang menimba ilmu dalam suatu perguruan tinggi baik dari akademik, politekhik, sekolah tinggi, institusi ataupun universitas.

  1. Pengertian Skill Abad 21

Skill (keterampilan) abad 21 menjadi topik hangat dalam beberapa waktu terakhir. Respon public juga beragam ada yang menggapnya angina lalu dan ada juga yang menanggapinya dengan serius. Jadi, sebenarnya apa itu skill abad 21?

Trilling dan fadel (2009) dalam studinya menunjukkan bahwa tamatan sekolah menengah, diploma, dan pendidikan tinggi masih kurang kompeten dalam hal: (1) komunikasi oral maupun tertulis, (2) berfikir kritis dan mengatasi masalah, (3) etika bekerja dan profesionalisme, (4) bekerja secara tim dan berkolaborasi, (5) bekerja didalam kelompok berbeda, (6) menggunakan tekhnologi, dan (7) manejemen projek dan kepemimpinan. Jadi, jenis skill (keterampilan) apa saja yang harus dimiliki di abad 21 ini?

Skill abad 21 merupakan berbagai macam kompetensi dan keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi abad 21.

Wagner (2010) dan Change Leadership Group dari Universitas Harvard mengidentifikasikan kompetensi dan keterampilan bertahanhidup yang diperlukan oleh dalam menghadapi kehidupan, dunnia kerja, dan kewarganegaraaan di abad 21 ditekankan pada 7 keterampilan berikut: (1) kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah, (2) kolaborasi dan kepemimpinan, (3) ketangkasan dan kemampuan beradaptasi, (4) inisiatif dan berjiwa entrepeneur, (5) mampu berkomunikasi efektif baik secara oral maupun tertulis, (6) mampu mengakses dan menganalisis informasi, dan (7) memiliki rasa ingin tahu dan imajinasi.

US-based Partnership for 21st Century Skills (P21), mengidentifikasi kompetensi yang diperlukan di abad ke-21 yaitu “The 4Cs”- communication, collaboration, critical thinking, dan creativity. Assessment and Teaching of 21st Century Skills (ATC21S) mengkategorikan keterampilan abad ke-21 menjadi 4 kategori, yaitu way of thinking, way of working, tools for working dan skills for living in the world (Griffin, McGaw & Care, 2012). Way of thinking mencakup kreativitas, inovasi, berpikir kritis, pemecahan masalah, dan pembuatan keputusan. Way of working mencakup keterampilan berkomunikasi, berkolaborasi dan bekerjasama dalam tim. Tools for working mencakup adanya kesadaran sebagai warga negara global maupun lokal, pengembangan hidup dan karir, serta adanya rasa tanggung jawab sebagai pribadi maupun sosial. Sedangkan skills for living in the world merupakan keterampilan yang didasarkan pada literasi informasi, penguasaan teknologi informasi dan komunikasi baru, serta kemampuan untuk belajar dan bekerja melalui jaringan sosial digital.

Delors Report (1996) dari International Commission on Education for the Twenty-first Century, mengajukan empat visi pembelajaran yaitu pengetahuan, pemahaman, kompetensi untuk hidup, dan kompetensi untuk bertindak. Selain visi tersebut juga dirumuskan empat prinsip yang dikenal sebagai empat pilar pendidikan yaitu learning to know, lerning to do, learning to be dan learning to live together.  berikutnya akan dijelaskan mengenai 4 pilar pendidikan tersebut.

  1. Learning to know

Belajar mengetahui merupakan usaha sadar seorang individu dalam memperolah pemahaman materi pengetahuan. Semangat untuk terus belajar dan menggali pengetahuan baru merupakan hal yang harus dimunculkan dalam diri individu. Setiap individu harus menyiapkan keterampilan baru guna menghadapi berbagai situasi dan kemungkinan yang akan muncul.

  1. Learning to do

Belajar untuk beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan berbagai perkembangan peradaban. Setiap individu perlu untuk belajar berkarya dan mengasah kemampuannya. Pengetahuan diperlukan untuk dapat mewujudkannya dalam bentuk keterampilan yang bernilai.

  • Keterampilan berfikir kritis

Keterampilan berpikir kritis mencakup kemampuan mengakses, menganalisis, mensintesis informasi yang dapat dibelajarkan, dilatihkan dan dikuasai (p21, 2007a; redecker et al 2011). Berfikir kritis merupakan keterampilan dasar bagi individu untuk mempertajam kemampuan berfikir dan menganalisa sebuah pengetahuan.

  • Kemampuan menyelesaikan masalah

Keterampilan memecahkan masalah mencakup keterampilan lain seperti identifikasi dan kemampuan untuk mencari, memilih, mengevaluasi, mengorganisir, dan mempertimbangkan berbagai alternatif dan menafsirkan informasi ( Zulaikha: 2015) Setiap individu pasti menghadapi berbagai persoalan yang muncul dalam kehidupan, kemampuan individu  menyelesaikan masalah dan menemukan solusi dalam permasalahannya.  Dalam kemampuan menyelesaikan masalah tidak terlepas dari kemampuan identifikasi dan mempertimbangkan berbagai penyelesaian yang mungkin dapat ditempuh dan mempertimbangkan berbagai aspek yang berkaitan.

  • Komunikasi dan kolaborasi

Kemampuan dalam berkomunikasi merupakan keterampilan yang berharga dalam berkehidupan. Komunikasi yang baik mencakup keterampilan menyampaikan pemikiran dengan jelas dan tegas baik secara  langsung maupun dalam bentuk tulisan. Kolaborasi atau kerja sama dapat dikembangkan dalam keterlibatan individu dalam organisasi ataupun berbagai bentuk ekstrakulikuler yang ada. Kemampuan komunikasi yang baik disertai dengan kolaborasi yang baik dengan tim dapat membentuk keterampilan individu yang ahli.

  • Kreativitas dan inovasi

Kreatifitas individu dalam berkreasi dan berinovasi dalam memunculkan hal-hal baru yang sesuai dengan kebutuhan. Individu dituntut untuk berfikir lebih kreatif diluar kebiasaannya melibatkan cara berfikir baru,. Menemukan ide-ide baru yang mampu memperbaiki tatanan menjadi lebih baik.

  • Literasi informasi, media, dan tekhnologi
  • Literasi informasi, komunikasi, dan tekhnologi (ICT)

Kemampuan literasi ICT mencakup Kemampuan dalam literasi informasi berpengaruh besar dalam membentuk pemikiran yang kritis, menanggapi berbagai permasalahan serta mampu menyampaikan solusi yang berasal dari pemahaman individu. Kerangka literasi media terdiri atas kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan pesan dalam berbagai bentuk media, menciptakan suatu pemahaman dari peranan media pada masyarakat, dan membangun keterampilan penting dari informasi hasil penyelidikan dan ekspresi diri. Literasi media juga mencakup kemampuan untuk menyampaikan pesan dari diri dan untuk memberikan pengaruh dan informasi kepada orang lain (Zulaikha: 2015).

Kemampuan mengakses, mengatur, mengintegrasi, mengevaluasi, dan menciptakan informasi melalui penggunaan teknologi komunikasi digital, Literasi ICT berpusat pada keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam mempertimbangkan informasi, media, dan teknologi di lingkungan sekitar (Zulaikha: 2015).Penguasaan terhadap keterampilan tersebut memungkinkan penguasaan terhadap keterampilan dan kompetensi lain yang diperlukan untuk keberhasilan kehidupan di abad ke-21 (Trilling & Fadel, 2009).

  1. Learning to be
  • Keterampilan sosial dan lintas budaya

Keterampilan sosial meliputi kemampuan individu dalam bersosial dengan masyarakat dan khlayak ramai yang beragam. Kemampuan dalam menyikapi keberbedaan agama, adat budaya, bahasa, serta kebiasaan dalam masyarakat. Pandangan yang luas dalam memahami konsep keberagaman sangat penting dalam seni bermasyarakat. Hal ini memicu interaksi yang baik, bekerja secara efektif dan bekerja sama dengan individu lain dengan kondisi sosial yang berbeda.

  • Tanggung jawab pribadi, pengaturan diri, dan inisiatif

Rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain merupakan keterampilan yang sangat penting. Ketika individu dapat bertanggung jawab yerhadap dirinya sendiri maka diharapkan individu juga memiliki rasa tanggung jawab yang terhadap orang lain. Individu yang mandiri akan memiliki motivasi yang tinggi terhadap dirinya sendiri juga mampu memberikan motivasi kepada inndividu lain. Memiliki inisiatif, fleksibilitas dan kemampuan untuk merefleksi diri terhadap kekurangan dan kelebihan. Individu yang memahami kekurangannya akan mencoba untuk terus belajar dan menjadikan kelebihannya sebagai sesuatu yang harus terus dikembangkan.

  • Keterampilan berfikir logis

Keterampilan dalam memahami berbagai situasi dan kondisi yang timbul, serta kemampuan dalam menghadapi tantangan yang bermunculan membutuhkan keterampilan individu dalam berfikir secara logis. Banyaknya berita bohong yang bertebaran di dunia maya memperparah krisis kepercayaan masyarakat yang tidak diimbangi dengan pemikiran dan peamahaman yang logis.

  • Keterampilan metakognitif

Menanamkan pengetahuan metakognitif dalam individu dapat dilakukan dengan pembiasaan mengenai pentingnya belajar dan kebutuhan mereka akan belajar itu sendiri.

  • Kemampuan berpikir berwirausaha

Kemampuan berpikir untuk berwirausaha merupakan keterampilan yang bernilai di abad 21. Individu yang mampu melahirkan ide untuk berwirausaha, memberikan dampak yang positif, membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakatlah yang diharapkan. Cara berpikir yang tidak biasa (out of the box), menganalisa dan menghasilkan sebuah karya yang bernilai tinggi.

  • Belajar untuk belajar dan kebiasaan belajar

Belajar sepanjang hayat “minal mahdi ilal lahdi” sering digaungkan untuk menanamkan dalam diri individu bah belajar itu dimulai saat dalam kandungan dan berakhir sampai liang kubur.

  1. learning to live together
  • Menghargai Keanekaragaman

Indonesi memiliki banyak keberagaman baik agama, budaya, tradisi, dan bahasa. Kemampuan dalam mengahargai berbagai keanekaragaman yang aada dalam kehidupan individu dengan penuh pengahargaan dan penghormatan. Penghargaan dan penghormatan dapat dilakukan bersikap baik dan sopan dalam sosial masyarakat.

  • Teamwork Dan Interconnectedness

Hasil survei Conference Board (2006, dikutip Scott, 2015b) menemukan bahwa profesionalisme, etika kerja yang baik, komunikasi secara lisan dan tertulis, kerja tim, kolaborasi, berpikir kritis dan kemampuan memecahkan masalah merupakan keterampilan paling penting. Keterampilan-keterampilan ini memungkinkan seseorang mendapatkan nilai lebih di mata kolega sekaligus berkembang di lingkungan kerja yang kolaboratif (Redecker et al., 2011). Di antara kompetensi penting di abad ke-21 adalah kemampuan untuk membantu perkembangan kerjasama interdisipliner dan pertukaran ide-ide global untuk melawan potensi diskriminasi karena suku, jenis kelamin atau usia (Leis, 2010).

  • Civic Dan Digital Citizenship

Civic literacy (literasi bermasyarakat) merupakan keterampilan penting, karena siswa perlu mengetahui hak dan kewajiban warganegara di lingkup lokal, regional, dan nasional; mengembangkan motivasi, watak dan keterampilan untuk berpartisipasi dalam masyarakat; dan memahami dampak dari masalah kemasyarakatan secara lokal dan global (P21, 2013). Selain hal tersebut, keterampilan abad ke-21 yang lain adalah digital citizenship (masyarakat yang melek digital) – memahami bagaimana cara untuk berpartisipasi secara produktif dan bertanggung jawab secara online (P21, 2013). Hal ini penting untuk membantu siswa dalam memahami bagaimana untuk berpartisipasi dengan cerdas dan etis sebagai warga negara yang bertanggung jawab dalam komunitas virtual. Hal ini melibatkan pembelajaran tentang bagaimana mengakses reliabilitas dan kualitas dari informasi yang ditemukan dari internet dan menggunakan informasi yang diperoleh secara bertanggung jawab (Davies, Fidler dan Gorbis, 2011). 

  • Kompetensi Global

Individu yang memiliki kompetensi global tidak beranggapan bahwa mereka mampu menangani tantangan yang kompleks sendirian, namun mampu merefleksi seberapa besar kapasitas mereka untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dan mencari kesempatan berkolaborasi untuk bergabung dengan orang lain yang akan melengkapi kekuatannya (Mansilla and Jaskson, 2011).

  • Kompetensi Antar Budaya

Kompetensi antarbudaya tidak diperoleh secara otomatis, melainkan harus dipelajari, dipraktikkan dan dipelihara sepanjang hidup. pendidik memiliki peran yang sangat penting dalam memfasilitasi pengembangan kompetensi antarbudaya di antara siswa (Barrett et al., 2014). Ini adalah kompetensi yang sangat penting dan tidak boleh dilewatkan oleh masyarakat abad ke-21 (Barrett et al, 2014). Berdasarkan hal tersebut maka jelas bahwa pendidikan memiliki peran yang signifikan bahkan fundamental dalam menawarkan kesempatan kepada pelajar abad ke-21 untuk mengembangkan kompetensi yang memungkinkan mereka dapat hidup damai dengan kondisi budaya yang beragam (Carneiro dan Draxler, 2008).

  1. Hubungan Mahasiswa Dan Skill Abad 21

Mahasiswa sebagai individu yang sedang menempuh pendidikan dalam suatu institusi maupun universitas dan terdaftar didalamnya sebagai seorang pelajar berkeawajiban untuk memahami bagaimana keterampilan yang selayaknya dikuasai dalam abad 21 ini. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa mahasiswa sebagai ujung tombak kemajuan sebuah bangsa harus dibekali dan diasah dengan berbagai kompetensi dan keterampilan yang sesuai dengan kemajuan beradapan yang semakin cepat dan pesat. Mahasiswa dituntuk berfikir kritis dalam menghadapi berbagai permasalah, mammpu memberikan ide-ide dan solusi yang dapat berdampak posotif bagi msyarakat. Mahasiswa yang terjun dalam kehidupan kemasyarakat memiliki gaya komunikasi yang ringan dan bernilai, memahami berbagai bentuk keberagaman agama, keberagaman adat budaya, keberagaman suku dan keberagaman bahasa. Mahasiswa sebagai kaum milenial yang mengikuti perkembangan kemajuan tekhnologi, mampu berfikir logis dan menyaring setiap informasi yang terima dengan baik. Mahasiswa sebagai kaum parubahan diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam upaya memajukan peradaban bangsa dengan nilai dan keterampilan diri yang tinngi dan berbobot. Mampu menjadi generasi muda penerus bangsa yang bertanggung jawar dan mamu bekerja sama dengan baik.

Adanya keterampilan (skill) abad 21 ini dapat menjadi rujukan bagi mahasiswa untuk mengembangkan diri dan terus belajar sebagai bentuk pengetahuan metakognitif. Keterampilan abad 21 menjadi pedoman bagi mahasiswa untuk kembali menerka keterampilan-keterampilan yang harus terus diasah guna meningkatkan kualitas diri mahasiswa sebagai seorang pelajar.

3.Penutup

Keterampilan (skill) abad 21 adalah usaha untuk mempersiapkan mahasiswa dalam menghadapi tantangan kehidupan abad 21. Segala permasalahan yang timbul mengarah pada kompetensi dan keterampilan individu untuk dapat sukses di abad 21.  Keterampilan (skill)  abad 21 menjadi bahan kajian peneliti untuk mengembangkan kompetensi dan keterampilan mahasiswa dalam perjalanan menuju abad 21.

DAFTAR PUSTAKA

Barrett, M., Byram, M., Lázár, I., Mompoint-Gaillard, P. and Philippou, S. 2014. Developing Intercultural Competence through Education. Pestalozzi Series No. 3. Strasbourg, Council of Europe Publishing.

Carneiro, R. and Draxler, A. 2008. Education for the 21st century: lessons and challenges. European Journal of Education, Vol. 43, No. 2, pp. 149-160.

Davies, A., Fidler, D. and Gorbis, M. 2011. Future Work Skills 2020. Palo Alto, Calif., University of Phoenix Research Institute.

Delors, J., Al Mufti, I., Amagi, I., Carneiro, R., Chiung, F., Geremek, B., Gorham, W., Kornhauser, A., Manley, M., Padrón Quero, M., Savané, M-A., Singh, K., Stavenhagen, R., Won Suhr, M. and Nanzhao, Z. 1996. Learning: The Treasure Within: Report to UNESCO of the International Commission on Education for the Twenty-First Century. Paris, UNESCO.

Griffin, P., McGaw, B. and Care, E. (eds). 2012. Assessment and Teaching of 21st Century Skills. Dordrecht, NL, Springer.

Leis, M. 2010. Challenges for the Future of Learning until 2030: Foresight on Learning, Innovation and Creativity. Presentation at LearnTec 2010, Karlsruhe, DE.

Mansilla, V.B. and Jackson, A. 2011. Global Competence: Preparing Our Youth to Engage the World. New York, Asia Society.  McLoughlin, C. and Lee, M.J.W. 2008. The three p’s of pedagogyfor the networked society:

personalization, participation, and productivity. International Journal of Teaching and Learning in Higher Education, Vol. 20, No. 1, pp. 10-27.

P21. 2007a. The Intellectual and Policy Foundations of the 21st Century Skills Framework. Washington DC, Partnership for 21st Century Skills.

P21. 2007b. 21st Century Curriculum and Instruction. Washington DC, Partnership for 21st Century

Skills.

P21. 2008. 21st Century Skills, Education & Competitiveness. Washington DC, Partnership for 21st Century Skills.

P21. 2011. Framework for 21st Century Learning. Washington DC, Partnership for 21st Century Skills.